Yang dinilai tim juri dari calon Miss Culinary bukan semata-mata paras yang rupawan. Kecakapan mereka dalam ranah kuliner merupakan poin penting.

 Untuk mempertajam skill para peserta di bidang kuliner, mereka diajak ke kampus Tristar Insitute di Novotel Samator, Surabaya. Di sana, mereka sudah ditunggu Presiden Direktur Tristar Institute Juwono Saroso.

Sebagai institut kuliner, Tristar berkewajiban menggembleng generasi muda yang ingin mendalami soal kuliner. Karena itu, Tristar menjadi pendukung Jawa Pos Miss Culinary with La Tulipe Cosmetiques. Di tangan Miss Culinary, menu-menu tradisional khas Indonesia bakal dikenalkan di ranah lebih global.

”Tristar bakal memberikan suntikan pengetahuan kuliner yang berguna untuk mendukung tugas sebagai Miss Culinary,” cetus Juwono.

Dalam sesi cooking challenge yang berlangsung pada Senin (28/7), tiga dosen Tristar Institute, yakni Chef Thomas, Yuda Agustian, dan Lily Andayani, serta Ketua Tim Kreatif Bisnis Kuliner Hendrik Adrianus menjadi juri.

Sebelum memasuki dapur, peserta diberi kesempatan untuk memilih bahan. Lalu, mereka harus mengonversi bahan-bahan itu menjadi sebuah menu dalam 15 menit.  

Chef Yuda menuturkan, beberapa indikator yang dinilai adalah higienitas, kreativitas, komposisi, dan efisiensi bahan. Platting juga diperhatikan Chef Thomas. Menurutnya, produk kuliner bakal menarik perhatian jika penampakannya cantik dan higienitasnya terjamin.

Maria Maghdalena dari Semarang memadukan kuliner ala Barat dengan tradisional. Hasilnya adalah menu bernama fusion Vietnamese spring roll. Sambal pecel dipadukannya dengan Vietnamese spring roll. Kreativitasnya diapresiasi tim juri.

”Awalnya, karena efektivitas waktu. Saya ambil bahan-bahan Vietnamese spring roll, tapi nggak ada peanut butter. Jadi, saya ganti sambal pecel dan rasanya cocok,” cerita Maria.       

Berita lain cek di SINI. Foto-foto lain klik di SINI.

^{Naskah: Ari Setiyaningrum}

^{Foto: Andriansyah Poetra/Jawa Pos}

^{Editor: Koko Kurniawan, Maharani Wanodya}